Jatuh Cinta dengan Kebudayaan Spanyol

Sewaktu itu, Marta, teman flat-mate saya Sabela, berkunjung untuk 4 hari di London, dan dia menginap di rumah kami. Kebetulan saya sedang libur di weekend itu, jadi kami setiap hari keluar untuk jalan-jalan bersama. Saya juga sempat mengajak mereka untuk makan di restoran Indonesia, suatu kebiasaan saya sampai sekarang, yakni memperkenalkan kebudayaan Indonesia kepada teman-teman orang asing saya.

Oxford Circus
Oxford Circus
Makanan Indonesia
Makanan Indonesia

Hari Sabtu, Marta mengajak kami untuk keluar bersama teman-temannya (Marta dulu pernah 1 tahun tinggal di London). Pertama kami ke rumahnya yang dulu, bertempat di Abbey Road, ya benar dugaan anda, Abbey Road adalah tempat studio The Beatles, dan pernah dijadikan set untuk foto album mereka.

Pertama sampai sana saya kaget, karena isinya tidak kurang dari sekitar 15 orang Spanyol dan beberapa orang dari negara lain. Dan lucunya lagi, mereka tidak bisa bahasa Inggris. Mereka kebanyakan adalah turis juga yang sedang berkunjung ke London. Luculah keadaan malam itu.

Mereka menyuguhkan dan mengajari saya cara membuat minuman Calimocho dan Sangria. Calimocho adalah minuman campuran wine dan coca-cola. Sangria adalah campuran wine, soda apapun, potongan buah-buahan segar, kadang-kadang gula untuk mempersedap, dan buat anak muda biasanya ditambah liqueur lain untuk memper”keras”. Untuk membuat minuman-minuman ini, wine yang digunakan haruslah wine yang paling jelek kualitasnya dan paling murah harganya.

Lama kelamaan, setelah banyak minum, tiada lagi rasanya perbedaan bahasa. Setelah itu kami keluar ke sebuah night club di Camden bernama Koko, yang akhirnya menjadi salah satu night club favorit saya di London. Selain night club, Koko juga sering digunakan untuk konser dan settingannya bisa dipakai untuk teater dan musikal.

Malam itu sungguh menyenangkan, kami tak bisa menemukan toilet umum jadi ramai-ramailah kencing di jalan, laki-laki dan perempuan, di sela-sela mobil. Bernyanyi bersama di bus malam, mengimitasi gaya matador spanyol di jalan raya, pokoknya yang aneh-aneh lah.

Happy Bus
Happy Bus

Setelah malam itu, saya tidak pernah takut dan malu lagi untuk hang-out dengan orang-orang Spanyol meskipun mereka berjumlah banyak dan tidak bisa bahasa Inggris. Saya terus terang jatuh cinta dengan kebudayaan Spanyol yang agak mirip dengan kebudayaan Asia, yaitu kebersamaan, patungan, kekeluargaan, dan lain-lain.

2 thoughts on “Jatuh Cinta dengan Kebudayaan Spanyol”

  1. Halo kak, sy search dgn kata2 dolar australia dan nemu blognya kk. Terus terang sy terinspirasi banget sm kakak yg bisa kuliah di London! Itu adalah negara favorit saya. Saya mau tanya, apakah waktu kakak mengambil S2 itu dengan beasiswa/sendiri? Melalui education agent/mengurus sendiri?

    Dan saya tahun ini kuliah, mengambil ilmu komunikasi. Menurut kakak, jurusan apakah yang bisa melanjutkan studi ke luar negeri? Apakah Hubungan Internasional? Marketing? Public Relation? atau Advertising dsb.

    Semoga pertanyaan saya tidak terkesan SKSD dan bisa mengharap jawaban dari kakak.
    Terima kasih,
    Steven

    • Halo Steven,

      Kebetulan dulu S2 nya pakai biaya sendiri. Mengurus juga sendiri tanpa agen.

      Jurusan apapun pasti bisa lanjut studi ke luar negeri. Tergantung mau lanjutnya di bidang apa, dan apakah kampusnya mau menerima siswa dengan background studi yang berbeda. Tiap kampus peraturannya beda.

      Semoga berhasil.

      Andryo

Comments are closed.